Wednesday, October 22, 2008

Membangun Surga diatas Puing-puing neraka


Tiba-tiba saja aku berada disebuah tempat yang belum pernah kudatangi. Aku berada dialam imajinasi akhirat, tempat bercahaya redup berwarna merah menyala mencekam, disana juga aku melihat orang-orang dengan tubuh yang tidak sempurna terpotong-potong dengan bercak-bercak darah melimpah tapi tetap bergerak-gerak seperti orang hidup sempurna. Teriakan dan rintihan kesakitan menyertai dunia itu, ah dunia itu menyerupai neraka, ketidak nyamanan laknat membuatku semakin gerah ingin keluar dari imajinasi neraka ini. Kemudian aku melihat sekelompok makhluk yang kepalanya ditutupi oleh semacam kain sehingga tidak jelas bagaimana wajah mereka, apakah mereka manusia atau bukan. Ada sekitar 50-an jumlah makhluk itu, mereka semua terapung dan tidak menapak pada dasar tanah. Aku juga melihat tangan-tangan mereka membawa potongan-potongan tubuh, benda-benda semacam jimat, cawan-cawan penuh darah dan juga ada yang membawa tombak-tombak berlumuran darah. Ada tonjolan semacam tanduk tapi tidak terlalu besar terlihat menonjol dibalik kain penutup kepala mereka. Warna hitam pekat pakaian mereka beserta kobaran api kecil berada diatas kepala mereka, dan setiap orang yang dilintasi makhluk tersebut langsung menjerit histeris seraya menikmati siksaan paling menyiksa. Ada satu yang bertubuh paling besar, aku kira dia adalah pemimpinnya, dia begitu tenang dan yang lainnya seolah diperintah dengan perasaan si pemimpin tersebut untuk memberikan siksaan paling menyakitkan. Tak kusangka makhluk-makhluk itu adalah bagian dari siksa yang menghampiri hampir setiap manusia yang ada didunia tersebut.

Lalu aku melihat kesisi lain, disana ada seorang anak yang membawa potongan tangannya sambil menangis, darahnya menetes kemana-mana. Aku mendekati anak itu lalu bertanya "apa yang terjadi dengan tanganmu adik kecil??" sambil tersedu-sedu dia menimpali pertanyaanku sambil sesekali merintih, katanya "selama aku hidup, aku mencuri beberapa kali, karena aku harus makan dan hidup, orang tuaku berpisah dan tak mempedulikan diriku, sedangkan aku hanyalah seorang anak kecil yang belum diterima dimana-mana untuk mencari makan. Aku hidup sendirian dan terkadang mendapatkan perlakuan tidak layak dari orang dewasa. Saat terakhir mencuri, aku terbunuh, mereka memotong tanganku dan tak ada yang membantuku untuk menghentikan aliran darah ini sehingga aku mati kehabisan darah"
Ah sayangnya aku bukan Tuhan, andai aku Tuhan mungkin aku tak akan membuatmu menderita seperti itu didunia...

Aku terperangah karena ada seorang paruh baya berteriak-teriak dari kejauhan, perutnya ditusuk oleh bongkahan batu tajam oleh beberapa makhluk-makhluk tadi dengan tawa-tawa cekikikan rasa puas, ususnya teruray, isi perutnya berantakan, darahnya bersimbah membasahi, matanya terbelalak menahan rasa sakit yang sangat luar biasa. Dia berteriak "aku ingin mati saja", namun sayang, dia sudah berada didunia kematian, walaupun tubuhnya terpisah-pisah dia akan tetap merasakannya, sakit yang sangat sakit. Aku tak berani mendekat, kukira cukup kulihat dari sini tempatku berdiri saja, aku tak tahan melihatnya, rasa mual melihat isi perutnya mulai menyapaku, memaksaku untuk memuntahkan isi perut melalui mulut.

Lantas aku memalingkan muka dari pemandangan mengerikan tersebut. Tapi aku mendapatkan pemandangan lain lagi dan setiap pojokan dunia tersebut aku pasti melihat kejanggalan perbuatan dan jeritan-jeritan penyiksaan tubuh juga rasa sakit. ..aah kukira mereka terlalu serius menjalani siksaan-siksaan tersebut, kenapa mereka tidak mencoba kabur ke tempat yang terang dan penuh rasa bahagia. Atau mereka terlalu bodoh untuk membangun Surga diantara puing-puing Neraka.

BEBASKAN AKU DARI IMAJINASI INI SEGERA!!


-[St. Yafet Pemadam Api Neraka]-

Continue Reading...

Tuesday, October 14, 2008

Hidupku tinggal 6 bulan


Mungkin cukup mengejutkan kalian teman, dan seharusnya tak perlu aku ceritakan. Tapi aku pikir hal ini perlu kalian ketahui, sehingga nanti ketika aku telah tiada kalian tidak menyesal atau belum terlambat untuk berbagi segala sesuatu yang indah bersamaku didunia ini. Momen-momen indah sebelum kepergianku harus terjadi dan tidak layak untuk disimpan menjadi mimpi-mimpi yang tidak pernah jadi kenyataan. Vonis hidup yang tinggal dalam hitungan bulan ini membuatku tertekan sekaligus menyudutkan diriku untuk berpikir keras tentang rencana dan perbuatan apa yang harus aku lakukan dalam interval yang terlalu pendek ini. Ada rencana negatif dan positif, tetapi aku berpikir lebih baik aku berbuat yang terbaik sehingga aku bisa meninggalkan kebahagiaan bagi teman-teman. Segala yang aku lakukan selama hidupku didunia ini dirasakan belum cukup berguna bagi orang-orang disekitarku, aku hanyalah sempalan kecil dari bagian kehidupan orang-orang itu dan nyaris tak berguna. Coba bayangkan apa yang ada dalam benak kalian jika kalian berada pada posisi yang sama seperti seorang kriminal yang mendapatkan hukuman mati dan selama sisa hidupnya dia berada dibalik jeruji tanpa bisa melihat dunia diluar penjara sampai eksekusi mati benar-benar dilakukan dan malaikat pencabut nyawa benar-benar berkata "ya" untuk memisahkan jiwa dan raganya. Aku tidak ingin seperti seorang kriminal itu, menunggu ajal dibalik teralis tanpa hal yang berguna. Selama ini penyakit kronis yang perlahan menggerogoti tubuh ini seolah menjadi rahasia pahit yang tersimpan rapi dalam lamunanku. Pelan tapi pasti semua perkiraan medis tersebut membuatku terkadang merasa didera keresahan yang sangat luar biasa. Kepulan asap rokok tak pernah kupedulikan keluar masuk paru-paruku untuk membantu mempercepat kematianku, karena ketika aku mulai merasa tertekan, rokoklah teman pelampiasanku. Aku takut jika teman-temanku yang lain merasakan kehilangan. Aku merasa mengkhianati dengan tanpa memberitahukan orang-orang disekitarku, karena aku takut kalian akan kecewa atau mungkin aroma persahabatan tidak benar-benar terasa. Serupa bom waktu yang siap-siap meledak, penyakit ini pun terus menghantuiku menuju kematian. Jika aku terus memikirkannya sendirian, aku merasa tidak sanggup, aku merasa hidup ini hampa ditemani kepastian jadwal dimana suatu saat nanti aku benar-benar meninggalkan dunia ini, dimana suatu hari nanti aku benar-benar menyudahi keceriaan bersama orang-orang disekitarku. Terkadang aku ingin menangis, mengapa hidupku ini harus berjalan teramat singkat, mengapa semua mimpi-mimpi yang kubangun semenjak aku belum terbangun harus terganggu dengan vonis pasti kematian. Rahasia ini terlalu menyakitkan dan diluar batas kemampuanku untuk menjaganya, sedangkan aku hanya ingin agar aku bisa terus bernafas, bermain, bersendagurau, berinteraksi dengan manusia-manusia disekitarku.

Sebelum aku benar-benar telah tiada, aku ingin menyapa kalian, aku ingin berbagi senyuman dengan kalian, aku ingin menuntaskan harapan-harapan yang pernah kita bangun diantara puing-puing kegagalan, aku ingin menyempurnakan nazar-nazar yang pernah kita ungkapkan, aku ingin menghancurkan asumsi-asumsi negatif diantara kita, aku ingin memohon maaf atas ketidakmampuanku menjaga ekspektasi sesuai dengan apa yang kalian harapkan. Semoga dengan kata-kata ini aku benar-benar bisa meninggalkan dunia ini dengan sempurna dan tenang. Semua yang aku tulis disini adalah terlalu pendek untuk menggambarkan seluruh keinginan dan harapanku. Disini aku tidak menyalahkan Tuhanku yang membuat garis hidupku terlalu pendek, tidak pula aku ingin menghakimiNya atas semua ujian-ujian hidup serta segala permasalahan yang menghinggapi diriku selama aku hidup, Justru sebaliknya aku bersyukur kepada Tuhan atas keindahan dan kesempurnaan yang telah Dia berikan dalam hidupku ini sehingga membangun kedewasaan berpikirku dalam bertingkah dan melangkah serta menghargai hidup yang telah diberikan.

Terima kasih Tuhan atas kesempatan hidup ini, terima kasih ibu dan bapak yang telah menjadi perantara kedatanganku ke dunia ini, terima kasih untuk orang tersayang yang selalu mewarnai hati ini, terima kasih teman telah menyertai dalam hidup ini, terimakasih dunia dan segala isinya yang maha sempurna, terima kasih segala aktifitas dan kesibukan yang membuatku lupa akan kesedihan, terima kasih penyakit yang membuatku memiliki sejuta rasa syukur atas kesehatan yang pernah aku miliki. Sejumput doa kalian adalah hamparan padang rumput yang memberi keindahan hidupku dan suntikan semangat kalian adalah sebagai teman dari selang infus yang membuatku tetap hidup penuh gairah. Semoga hidup kalian tetap diberkati Tuhan. Maaf teman, aku harus mengakhiri semua ini terlalu dini.

*aku yafet dan sejuta harapan untuk hidup menjadi kenyataan-fiktif*
Continue Reading...
 

+dimanaanakku+ Copyleft © 2009 AllFight Deserved | WoodMag is Designed by Ipietoon and Modified by Yafet St. OfGod