Kritik terhadap surga menjelma menjadi kritik terhadap alam nyata; kritik terhadap agama menjadi kritik terhadap hukum, dan kritik teologi menjadi kritik politik. Kesal..aku kesal.. setiap kali selalu ada saja yang melihat apa yang kupercaya dan mendiskreditkan diriku karena diriku berbeda..diriku tidak layak..diriku asing..
Kalian tak pernah tahu apa yang kupercaya, apa yang kupegang dan apa yang kupuja. Tuhan menciptakan warna tapi tidak untuk diskriminasi, Tuhan menciptakan perbedaan tapi tidak untuk permusuhan..kita setara..semua manusia setara..tak ada yang dominan..tak ada superioritas..sederajat..
Dulu diriku adalah teman, rekan, kerabat, sahabat, bahkan saudara..tapi hanya karena apa yang kusembah kini diriku musuh, rival, sampah, bahkan binatang..kalian puas?
Kalian hebat..lebih hebat dari apa yang terlihat..pada diriku yang laknat..yang tidak layak dapat hormat..yang tidak layak menjadi sobat..yang tidak mendapatkan kesempatan untuk bertobat.. dari diriku yang kelam..misterius..
Kini diriku hanya bisa terikat oleh keragu-raguan, ketidakpercayaan yang kalian tanamkan pada diriku karena diriku berbeda..
Kalian terlalu melihat dari mana asalku, apa agamaku, apa sukuku, apa sifatku..
Terserah..terserah..kalian mau muntah..memukulku hingga berdarah.. memberiku sumpah serapah..menganggapku sepah..menganggapku sampah..
Campakanlah diriku jika memang tak layak..duniaku berbeda..agamaku berbeda..kepercayaanku berbeda..
lebih baik diriku dibuang, diasingkan, ditendang daripada harus menyerah pada kemunafikan, harus berhianat pada kepercayaanku, harus menjadi penjilat..
dan aku percaya bahwa di bawah kolong langit ini tiada nama lain yang olehNya kita telah diselamatkan......aku siap dikubur dalam hinaan dan diskriminasi..
Manusia,yang telah mencari seorang dewa di angan-angan fantasi dan hanya menemukan pencerminan diri sendiri, tidak lagi akan bersedia untuk hanya mendapati pencerminan diri itu -- cuma mendapati seorang non-manusia, di tempat dia sedang mencari dan harus mencari inti diri yang sejati.
Landasan untuk kritik sekuler adalah: manusialah yang menciptakan agama, bukan agama yang menciptakan manusia. Agama adalah kesadaran-diri dan harga-diri manusia yang belum menemukan diri atau sudah kehilangan diri sendiri. Namun manusia bukanlah suatu makhluk yang berkedudukan di luar dunia. Manusia itu adalah dunia umat manusia, negara, masyarakat. Negara ini, masyarakat ini menghasilkan agama, sebuah kesadaran-dunia yang terbalik, karena mereka sendiri merupakan sebuah dunia terbalik. Agama merupakan teori umum tentang dunia itu ... Agama merealisasi inti manusia dengan cara fantastis karena inti manusia itu belum memiliki realitas yang nyata. Maka perjuangan melawan agama menjadi perjuangan melawan sebuah dunia nyata yang aroma jiwanya adalah agama tersebut.
Kensengsaraan agamis mengekspresikan kesengsaraan riil sekaligus merupakan protes terhadap kesengsaraan itu. Agama adalah keluhan para makhluk tertindas, jantung-hati sebuah dunia tanpa hati, jiwa untuk keadaan tak berjiwa. Agama menjadi candu rakyat.
Menghapuskan agama sebagai kebahagiaan ilusioner untuk rakyat, berarti menuntut agar rakyat dibahagiakan dalam kenyataan. Maka tuntutan agar kita melepaskan ilusi tentang keadaan yang ada, menjadi tuntuntan agar kita melepaskan keadaan di mana ilusi itu diperlukan...
Kritik telah merenggut bunga-bunga imajiner dari rantai, bukanlah supaya manusia akan terus mengenakan rantai yang tak terhias dan suram itu, melainkan agar dia melepaskan rantai itu dan memetik kembang hidup.
Maka begitu dunia di luar kebenaran itu hilang, tugas ilmu sejarah adalah untuk memastikan kebenaran dunia nyata ini. Begitu bentuk suci dari keterasingan manusia telah kehilangan topengnya, maka tugas mula bagi filsafat, yang menjadi pembantu ilmu sejarah, adalah untuk mencopot topeng keterasingan dalam bentuk-bentuk tak suci.