"Bagaimanapun, seseorang yang berpakaian seperti punk dan mendengarkan musik-musik punk mungkin hanya untuk menyesuaikan diri dengan pergerakan punk dan hal ini bukanlah punk sebenarnya, karena punk adalah ideologi dan bukan trend."
Adalah bagaimana kita menyikapi perubahan terhadap suatu ideologi perlawanan. Berangkat dari keprihatinan yang terjadi pada budaya punk yang mulai bertransisi menjadi suatu trend dan upaya kapitalis mengintepretasikannya menjadi suatu celah pendapatan maka saya merilis tulisan ini. Bukan untuk menggurui atau berusaha menanamkan propaganda dikepalamu atau menyebarkan suatu dogma karena punk itu berasal dari pemikiranmu sendiri atas suatu reaksi yang terjadi disekitarmu. Sebelumnya saya mohon maaf kepada para dedengkot punk yang lebih senior atau yang lebih paham apa itu punk. Saya hanya mencoba membagi pemikiran, berusaha untuk berekspresi, berfikir, berpendapat berdasarkan pengalaman, berdasarkan kenyataan yang ada sebagai suatu imbas keprihatinan dan kekesalan terhadap orang-orang yang mengakui dirinya punk namun tidak tau apa itu punk sebenarnya. Berawal dari trend yang sekarang ini telah ada, saya melihat bahwa punk itu bukan seperti awalnya dimana punk dilahirkan dari suatu embrio ketidakberdayaan, perlawanan, pemberontakan.
Punk!! Sejak pertengahan tahun 70an telah menjadi suatu pergerakan yang mengejutkan, pemberontakan dan sesuatu yang tidak disenangi oleh kaum-kaum mapan. Dalam perkembangannya, punk telah menjadi suatu pergerakan socio-political yang nyata untuk beberapa orang yang mengaku dirinya sebagai punk. Band-band seperti Dead Kennedys, Blag Flag, Subhumans, The Stooges, Conflict dan masih banyak lain menolong mendistribusikan ideologi ini melalui musik yang sering kita kenal dengan punk rock. Dalam lirik-liriknya, band-band tersebut mengekspresikan ungkapan-ungkapan ketidakpuasan pada sistem-sistem dan institusi-institusi yang mengatur atau mengontrol dunia sehingga timbul korban-korban yang seharusnya tidak perlu atau pencurian perampokan perampasan hak-hak hidupnya. Mereka juga terkadang menawarkan suatu analisa atau solusi yang berpotensi untuk menyelesaikan masalah dunia. Semangat ini masih tetap ada hingga hari ini dalam musik punk dan telah berkembang dan meluas dari akar pemikiran sebelumnya.
Punk adalah ideologi dan anarki adalah solusi. Itulah ungkapan yang saya tahu seputar punk. Namun apa jadinya jika ideologi itu telah berubah menjadi suatu bentuk yang cukup kontradiktif dari akarnya. Punk adalah pemikiranmu dan bukan pakaianmu. Jangan mengaku punk jika kau berkunjung ke klab malam dan berada di tengah lantai disko serta menengguk minuman mahal. Punk bukan seperti itu. Punk itu dianut dan bukan disukai. Persetan dengan kalian yang mengatasnamakan punk ketika harus membanggakan diri. Punk bukan untuk membanggakan diri, bukan pula untuk mencari popularitas akan tetapi punk adalah untuk membantumu melangkah, sebagai suatu philosophi, sebagai suatu area berfikir kritis, sebagai suatu ruang gerak, dan sebagai suatu perlawanan. Lebih baik kau buang saja kaset-kaset, CD-CD atau semua fashion yang membuatmu merasa punk, karena itu semua hanyalah atribut dan tidak berarti apa-apa.
Ketika saya bergerak, saya sering melihat seseorang yang berdandan ala punk layaknya bunga yang berusaha memikat sang lebah untuk hinggap di kelopaknya. Rambut mohawk, pakaian bolong-bolong, piercing sempurna namun hati dan jiwa pemuda cinta. Baru mengenakan atributnya saja mereka merasa seorang jagoan, merasa punk sebenarnya. Sejatinya apa yang mereka kenakan tersebut hanyalah sebuah topeng srigala yang digunakan untuk membuat garang seekor domba. Sepatu Martin atau underground mengkilat, masih baru dan diimport langsung dari negara produsennya, t-shirt asli buatan luarnegeri berlambang anarki atau apapun yang memang identik dengan punk selalu membuatku terharu dan merasa berduka. Punk saat ini menjadi konsumsi kaum-kaum mapan secara materi, sebagai simbol gaul dan trend dan tak lebih dari sekedar fashion. Hanya penampilan dan bukannya pemikiran. Tak ada lagi pemikiran kritis, tak ada lagi kepedulian terhadap kaum lemah sekitarnya, tak ada lagi sikap anarkis, yang ada hanyalah punk yang berlabel kapitalis. Media-media pun mulai mengeksposnya sebagai suatu trend anak muda.
Gagasan dasarnya adalah mampu mengatakan tidak pada upaya eksploitasi dan publikasi media karena media merupakan salah satu mesin kapitalis. Sehingga seharusnya punk mampu bergerak melalui kegiatan konser sendiri tanpa sponsor yang mengutamakan kepentingan pribadi, mampu menuangkan ide-ide melalui fanzine atau tulisan-tulisan yang cukup representatif dan relevan terhadap keadaan saat ini.
Sekali lagi, semua ide tertulis ini hanyalah upaya berpendapat dan sama sekali tak bermaksud menggurui. Semua kritik dan saran yang masuk adalah wajar dan merupakan sarana instropeksi diri yang pantas. Hak untuk menulis, Hak untuk berpendapat serta hak untuk memandang segala sesuatu berdasarkan kesimpulan otak.